Jumat, 07 Maret 2008

Pengajaran Bahasa Indonesia di SD

IMPLEMENTASI PENGAJARAN TATA BAHASA

BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR (SD)

(Chapter 12, Language Tools: Spelling, Handwriting, and Grammar = Bab 12, Komponen Bahasa: Ejaan, Tulisan Tangan, dan Tata Bahasa)

Oleh: Muammar*

*) Mahasiswa S2 Program Studi Pendidikan Dasar (Dikdas Bahasa Indonesia) Universitas Negeri Yogyakarta, Angkatan 2007/2008

I. PENDAHULUAN

Salah satu komponen kebahasaan yang harus dikuasai oleh para siswa dalam pembelajaran bahasa adalah komponen tata bahasa (dalam uraian ini yang dimaksudkan yakni tata bahasa Indonesia). Tata bahasa Indonesia yang standar atau yang baku telah menjadi pertimbangan di lingkungan bahasa sebagai salah satu ciri dari orang yang berpendidikan. Siswa yang menguasai tata bahasa baku akan terlihat berbeda dengan siswa yang sama sekali tidak tahu tentang tata bahasa. Siswa yang tahu tata bahasa baku dan menggunakannya di setiap interaksinya, baik dalam interaksi lisan maupun tulisan, maka siswa tersebut akan terlihat berwibawa, cerdas, dan juga akan terlihat berpendidikan dalam setiap perilaku berbahasanya.

Namun, kenyataan di lapangan sangat jauh berbeda dari uraian di atas. Tata bahasa menjadi pembicaran yang paling kontroversial. Masalah mengenai tata bahasa ini terutama dikaitkan dengan masalah pengajaran tata bahasa di sekolah dasar (SD). Banyak yang tidak setuju dengan pengajaran tata bahasa dengan alasan bahwa tata bahasa itu tidak penting dan yang terpenting adalah komunikasinya. Mereka juga yang tidak setuju dengan pengajaran tata bahasa beragumentasi bahwa pengajaran tata bahasa pada tingkat SD tidak menguntungkan. Lebih jelas diterangkan bahwa para siswa akan sulit untuk berkomunuikasi disebabkan oleh kaidah-kaidah bahasa yang mengekangnya. Para siswa sulit berkomunikasi karena siswa-siswa takut melakukan kesalahan, takut mendapat teguran salah, dan sebagainya.

Sebagai pengajar bahasa Indoneasia, maka persoalan inilah yang harus diselesaikan. Untuk menyelesaikan persoalan tersebut, maka harus dipahami terlebih dahulu masalah-masalahnya. Apa dan bagaimana pengajaran tata bahasa itu? Dengan demikian, maka akan timbul beberapa pertanyaan; (1) Apakah kita sudah mengetahui dengan maksud pengajaran tata bahasa di SD?(2) Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran tata bahasa di SD? (3)Bagaimanakah kita memilih bahan mengajar tata bahasa di SD? (4) Bagaimanakah kita mengembangkan bahan mengajar tata bahasa di SD? (5) Dan apakah tujuan dari pengajaran tata bahasa di SD? Dengan memahami persoalan-persoalan tersebut, maka diharapkan kita dapat memahami maksud pengajaran tata bahasa di SD, diharapkan kita dapat menentukan langkah-langkah pembelajaran tata bahasa di SD, diharapkan kita dapat memilih bahan mengajar tata bahasa di SD, diharapkan kita dapat mengembangkan bahan mengajar tata bahasa di SD, dan kita juga mengetahui tujuan dari pengajaran tata bahasa di SD.

II. PEMBAHASAN

1. Pengertian dan Maksud Pengajaran Tata Bahasa di Sekolah Dasar (SD)

Tata bahasa merupakan struktur sebuah bahasa. Secara sederhana struktur dapat dipersamakan dengan arti kata susunan. Struktur berarti cara bagaimana sesuatu disusun secara teratur. Dalam bidang kebahasaan, kata struktur itu menunjuk pada kaidah-kaidah yang ditaati oleh semua unsur bahasa. Unsur bahasa yang disusun menurut kaidah-kaidah itu jadi bermakna. Setelah unsur-unsur bahasa itu mempunyai makna, masyarakat yang memilikinya dapat memakainya sebagai alat komunikasi.

Bahasa Indonesia memiliki struktur kebahasaan. Struktur-struktur kebahasaan itu berisi tentang aturan-aturan pemakaian bahasa tersebut. Aturan-aturan itulah yang dikenal sebagai kaidah-kaidah dalam berbahasa. Dengan memahami kaidah-kaidah tersebut, diharapkan akan memiliki kemampuan dalam berbahasa. Kemampuan yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan berbahasa yang baik dan benar, baik dalam berbahasa lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa yang baik diartikan sebagai kemampuan menggunakan bahasa secera efektif (singkat, jelas, dan padat), sedangkan kemampuan berbahasa yang benar diartikan sebagai kemampuan menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang sudah dibakukan atau sudah menjadi standar. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa yang baik dan benar; mengenal secara baik bentuk-bentuk kata; dan susunan kata menjadi frase, klausa, dan kalimat; dapat dipahami dalam pengajaran tata bahasa atau pengajaran stuktur.

Pengajaran tata bahasa atau struktur di sekolah dasar SD dapat memberikan kesadaran kepada siswa bahwa bahasa Indonesia memiliki kaidah-kaidah tertentu. Kaidah-kaidah tersebut harus diikuti pada waktu siswa berbahasa Indonesia. Dengan menguasai kaidah bahasa Indonesia, para siswa diharapkan dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Lebih-lebih lagi para siswa dapat menggunakan kaidah-kaidah itu secara lancar dan benar dengan bimbingan guru bahasanya.

Selain itu, pengetahuan mengenai aturan-aturan atau kaidah-kaidah bahasa yang diperoleh dari pengajaran struktur atau tata bahasa akan sangat membantu siswa menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Dalam pelajaran menulis misalnya kemampuan menerapkan kaidah-kaidah struktur merupakan prasyarat untuk dapat menulis berbagai karangan dengan baik di samping prasyarat lainnya berupa penguasaan kosa kata. Demikian juga dalam pengajaran berbicara. Dalam latihan berbicara, siswa mencoba menyampaikan ide dan gagasannya ke dalam struktur kalimat yang beragam. Bila kalimat itu tersusun dalam kalimat yang baik, maka orang akan dengan mudah memahaminya. Penggunaan kata-kata dengan berbagai bentuk kata secara cermat akan menggugah perasaan dan pikiran orang yang mendengarnya.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Tata Bahasa di Sekolah Dasar (SD)

Pengajaran tata bahasa atau struktur dalam bahasa Indonesia mencakup tiga bagian yaitu, (1) struktur fonem, (2) struktur kata, dan (3) struktur kalimat. Pengajaran struktur fonem, pembicarakan tentang struktur fonem suku kata. Pengajaran struktur kata, membicarakan tentang kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan, kata berklitika, dan jenis kata. Pengajaran struktur kalimat, membicarakan tentang macam-macam frase dan kalimat.

2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Struktur Fonem

Pelajaran lafal sehubungan dengan struktur bunyi-bunyi bahasa (fonem), bertujuan agar siswa dapat melafalkan bunyi-bunyi bahasa dengan tepat dalam bentuk kata dan kalimat secara lisan. Dengan demikian, komunikasi dapat berjalan dengan lancar tanpa gangguan yang mungkin timbul karena lafal yang kurang tepat. Penguasaan lafal yang tepat akan menambah kesadaran berbahasa atau sikap berbahasa yang dapat menumbuhkan kebanggaan pemakainya. Kebanggaan ini timbul karena si pemakai dapat menghasilkan lafal yang baik dan benar.

Dalam mengembangkan dan melaksanakan pengajaran struktur, jangan dilupakan unsur afektifnya, seperti menumbuhkan rasa bangga atau sikap berbahasa yang positif, atau rasa percaya diri bagi siswa sebagai pemakai bahasa.

Selanjutnya, perhatikanlah langkah-langkah pembelajaran struktur fonem berikut ini.

  • Langkah I

Menemukan tujuan untuk pokok bahasan yang akan diajarkan. Tujuan dan pokok ini ada dalam GBPP.

  • Langkah II

Menyiapkan bahan dan menentukan metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, terutama kondisi kebahasaannya. Dalam hal ini, perlu juga disiapkan contoh-contoh bahan dan sarana penunjang, seperti kaset, kaca, dan sebagainya.

  • Langkah III

Dengan menggunakan bahan yang telah disiapkan, serta memperhatikan kondisi kebahasaan siswa, guru mulai melatih cara melafalkan bunyi-bunyi bahasa.

  • Langkah IV

1. Guru menjelaskan bahwa pola persukuan bahasa Indonesia selalu mengandung unsur vokal. Suku kata bahasa Indonesia terdiri atas:

(a) vokal saja, seperti a pada kata abu.

(b) konsonan dan vokal, seperti ti pada kata tidur.

(c) vokal dan konsonan, seperti an pada kata antar.

(d) konsonan, vokal, dan konsonan, seperti tan pada kata tanda.

2. Siswa diminta mencari masing-masing 5 buah kata untuk;

(1) suku kata pertama berstruktur; vokal, konsonan dan vokal, vokal dan konsonan, konsonan-vokal-konsonan.

(2) suku kata kedua berstruktur; vokal saja, konsonan dan vokal, vokal dan konsonan, konsonan-vokal-konsonan.

3. Harus dijelaskan juga kepada siswa bahwa ng, ny, kh, dan sy itu hanya sebuah fonem, bukan dua fonem n+g, n+y, k+h, s+y. Oeleh karena itu, harus diperkenalkan istilah huruf dan fonem. Bahwa bunyi-bunyi bahasa yang paling kecil tetapi membedakan arti dalam suatu bahasa, disebut fonem sedangkan huruf adalah lambang bunyi atau gambar fonem. Fonem ini terdiri atas vokal dan konsonan. Harus dijelakan bahwa fonem ng, ny, kh, dan sy dilambangkan dengan dua huruf. Dengan demikian, ng adalah satu konsonan dan bukan dua konsonan. Demikian pula halnya ny, kh, dan sy, masing-masing adalah satu konsonan.

Untuk diingat bahwa jika masih ada siswa yang melafalkan salah, guru harus segera memperbaiki kesalahan itu.

  • Langkah V

Menyebutkan bunyi kata diftong dan bukan diftong.

(1) Siwa disuruh menyebutkan bunyi kata-kata berikut; namai, ramai, tunai, dan kenai.

(2) Guru memperkenalkan tiga buah diftong dalam bahasa Indonesia yaitu ai, au, oi seperti ai pada kata sungai, sampai, tunai; au pada kata kerbau, harimau; dan oi pada kata amboi.

  • Langkah VI

Setelah siswa memahami perbedaan huruf dengan fonem serta perbedaan antara diftong dengan deretan vokal, guru akan melanjutkan kegiatan belajar siswa dengan kegiatan berikutnya. Kegiatan selanjutnya guru menyuruh siswa mencari kata-kata:

(1) yang di dalamnya terdapat huruf ng, sy, kh, dan sy dalam kalimat-kalimat; dan

(2) yang di dalamnya terdapat diftongnya.

  • Langkah VII

Pada kegiatan ini siswa diminta membuat kalimat-kalimat tunggal sederhana dengan menggunakan kata-kata:

(1) yang suku katanya berstruktur V, KV, VK, dan KVK;

(2) yang ada huruf ng, sy, kh, dan sy; dan

(3) yang ada diftongnya.

Selama kegiatan berlangsung, guru berkeliling untuk memantau kegiatan siswa. Jika guru menemukan kesalahan-kesalahan, guru dapat segera menjelaskan kepada siswa sehingga siswa segera pula dapat menyadari dan memperbaiki kesalahnnya.

2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Struktur Kata

Pada dasarnya strategi pembelajaran struktur kata tidak berbeda dengan pembelajaran struktur fonem. Keduanya saling berhubungan. Pengajaran struktur fonem dikaitkan dengan struktur suku kata. Selanjutnya suku kata ini dikaitkan dengan kata karena suku kata merupakan bagian atau unsur sebuah kata.

Pengajaran struktur kata adalah memberi pengetahuan kepada siswa tentang berbagai macam bentuk kata: kata dasar, kata ulang, kata berimbuhan, kata berklitika, dan berbagai jenis kata lainnya. Berbagai bentuk dan jenis kata ini dikaitkan dengan penggunaan kata itu dalam kalimat. Dengan demikian, siswa juga mempelajari makna yang berkaitan dengan bentuk-bentuk kata tersebut.

Perhatikanlah langkah-langkah pembelajaran struktur kata berikut ini.

Ø Langkah I

Pilihlah salah satu pokok bahasan yang ada dalam GBPP. Kemudian, angkat tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran umumnya.

Ø Langkah II

(1) Guru menulis beberapa kata ulang di papan tulis.

Misalnya:

Meloncat => meloncat-loncat

Menggosok => menggosok-gosok

Menarik => menarik-narik

Guru menjelaskan kepada sswa perbedaan bentu, fungsi, dan makna atara kata dasar dan kata yang telah mengalami pengulangan.

(2) Kemudian guru menulis kata kerja yang berawalan me-, siswa diminta membuat kata ulang dari kata kerja yang berawalan me- tadi.

Ø Langkah III

Memilih kata ulanng berimbuhan.

Siswa diberikan latihan menjelaskan kalimat dengan mengisi salah satu kata ulang yang sudah tersedia di lajur kanan dengan tepat. Siswa memilih kata yang sesuai. Salah satu kata itu tidak digunakan tetapi hanya dicantumkan di situ sebagai pengecoh, misalnya:

1) Ari ......benang layang-layang. melompat-lompat

2) Mereka........kegirangan. mengaduk-ngaduk

3) Adik......susu dengan sendok.

4) Bibi Tari........kue. menarik-narik

Latihan-latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa menggunakan kata ulang yang berawalan me- dalam kalimat dengan baik.

Ø Langkah IV

Membuat kalimat dengan kata ulang sebagian.

Kata ulang jenis ini dalam bahasa Indonesia tidak banyak jumlahnya. Dalam hal ini guru harus menjelaskan bahwa bentuk seperti ini dapat dinyatakan dengan bentuk ulang biasa.

Contohnya:

(a) tetamu = tamu-tamu

(b) sesajian = saji-sajian

(c) pepohonan = pohon-pohonan

(d) tetanaman = tanam-tanaman

Guru menyuruh siswa menjelaskan arti dan maksud yang dinyatakan degan kata ulang itu. Jika siswa tidak dapat menjawab dengan tepat siswa disuruh membuat kalimat-kalimat dengan menggunakan kata-kata ulang itu. Guru memperbaiki kalimat-kalimat siswa bila ternyata salah. Dengan demikian, arti dan maksud kata ulang itu menjadi jelas dan siswa dapat menggunakannya dengan tepat dalam kalimat.

Ø Langkah V

Mengubah kalimat dengan kata ulang.

(1) Bagian dari ini sebenarnya sama seperti di atas. Hanya saja pada bagian ini yang diubah adalah kata kerja yang berawalan di- dan akhiran –nya. Arti pengulangannya pun sama yaitu menyatakan bahwa pekerjaan dilakukan beberapa atau berulang-ulang.

Contoh:

Ditepuk-tepuknya bahu anak itu.

Ditepuk-tepuknya berarti bahunya ditepuk beberapa kali.

Ditepuknya berarti hanya sekali saja ditepuk.

(2) Guru menulis kata ulang dengan bentuk seperti; tarik-menarik, susul-menyusul, tuduh-menuduh, tolak-menolak, sepak-menyepak, tuding-menuding, dan sebagainya. Guru perlu menjelaskan mengapa terjadi perubahan (peluluhan atau nasalisasi) karena proses pengimbuhan.

Ø Langkah VI

Memilih kata ulang berawalan ber-.

Bagian ini merupakan latihan penggunaan kata ulang berawalan ber- dalam kalimat. Siswa mengisi titik-titik atau kotak dalam kalimat dengan satu kata ulang berawalan ber- yang disediakan pada lajur kanan yang sesuai.

Contoh:

(a) Anak itu berjalan....... berseri-seri

(b) Wajahnya..........karena gembira. bergegas-gegas

(c) Mereka........di tepi pantai. berjingkat-jingkat

(d) Karena terlambat, mereka berjalan........ berjalan-jalan

Mungkin para siswa belum tahu arti berseri-seri, berjingkat-jingkat, bergegas-gegas. Guru harus menjelaskan arti kata-kata itu.

2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Struktur Kalimat

Sebenarnya pengajaran struktur fonem dan struktu kata bermuara pada pengajaran struktur kalimat. Artinya, pengetahuan siswa tentang struktur fonem dan struktur kata diterapkan dan dinyatakan dalam bentuk kalimat.

Pada pengajaran struktur kalimat penekanannya terletak pada penyusunan berbagai macam kalimat. Mulai dari penyusunan kalimat tunggal sederhana sampai pada macam-macam kalimat majemuk, dan ragam kalimat lainnya.

Perhatikanlah strategi pembelajaran struktur kalimat berikut ini.

v Langkah I

Pilihlah salah satu pokok bahasan struktur kalimat dalam GBPP dan angkatlah tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran umumnya.

v Langkah II

Menyempurnakan kalimat dengan objek.

Guru menulis kalimat yang belum selesai yang terdiri atas subjek dan predikat yang terdiri dari kata kerja transitif. Kalimat ini belum selesai karena kalimat ini belum ada objeknya. Kalimat ini harus diselesaikan dengan cara memberinya objek yang berupa kata benda yang sesuai dengan predikatnya.

Contoh:

Kakak menulis.......

Kakak menulis surat.

v Langkah III

Melengkapi kalimat dengan kata kerja berimbuhan me – kan.

Pada bagian ini guru melatih siswa mengunakan kata kerja berimbuhan me – kan. Guru menyuruh siswa memilih kata yang telah disediakan pada lajur kanan untuk digunakan dalam kalimat di sebelah kiri.

Contoh:

(1) Danu .......gambar itu. menyapu

(2) Nana .......pakaiannya. menuang

(3) Erna........buku cerita. mewarnai

(4) Ammar......air ke dalam gelas. membaca

(5) Rian.........ruang tamu. mencuci

v Langkah IV

Pada kesempatan ini, guru melatih siswa menggunakan kata kerja berimbuhan me – i dalam kalimat. Guru menyuruh siswa menyelesaikan kalimat dengan predikat berkata kerja imbuhan me – i dengan mencari kata benda yang tepat sebagai pengisi fungsi objek dalam kalimat.

Perhatikanlah contoh berikut ini.

(1) Dina melompati.........setinggi satu meter.

(2) Desy mewarnai.........dengan cat air.

(3) Rosy menyiram……di halaman.

(4) Adi menyebrangi….yang ramai itu.

(5) Rizal menemani…….ke dokter.

Dalam latihan melengkapi kalimat-kalimat dengan kata benda yang tepat seperti contoh di atas, guru harus bersikap terbuka. Artinya, kemungkinan jawaban bisa beberapa, tidak harus satu. Latihan-latihan ini selain untuk melatih siswa membuat kalimat dengan menggunakan kata yang tepat juga melatih siswa bernalar atau berpikir serta memancing kreativitas siswa.

Sebagai contoh latiahn nomor 1 kemungkinan jawabannya cukup banyak bisa:

(a) pagar

(b) tembok

(c) kursi

(d) pohon, dan sebagainya.

Semua jawaban itu tepat. Jadi, dalam hal seperti ini, guru tidak boleh otoriter dengan menentukan jawabannya hanya satu, misalnya pagar. Hal seperti ini akan membingungkan siswa, mengganggu nalar mereka, serta menghambat kreativitas siswa.

3. Pemilihan Bahan Pengajaran Tata Bahasa di Sekolah Dasar (SD)

Pemilihan bahan pengajaran harus memperhatikan beberapa prinsip di antaranya; (1) bahan pelajaran harus disesuaikan dengan kesiapan siswa; (2) tujuan pengajaran tata bahasa atau struktur adalah membantu siswa menggunakan bahasa yang baik dan benar; dan (3) kondisi sekolah dan lingkungan.

  1. Kesiapan Siswa

Siswa sekolah dasar (SD) di berbagai daerah di Indonesia memiliki latar belakng bahasa ibu atau bahasa pertama yang berbeda-beda. Dengan demikian, permasalahan dalam mempelajari bahasa Indonesi juga berbeda-beda. Di daerah-daerah tertentu sampai kelas III proses belajar mengajar diberikan dengan menggunakan bahasa daerah. Di daerah-daerah yang lebih maju perkenalan dengan bahasa Indonesia sudah dimulai sejak usia dini, yaitu melalui radio dan televisi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kesiapan siswa berbagai daerah dalam mempelajari bahasa Indonesia berbeda-beda. Ada siswa daerah tertentu yang merasa asing dengan bahasa Indonesia. Tetapi, ada pula siswa dari daerah tertentu merasa akrab dengan bahasa Indonesia.

Pada awal masa sekolah di sekolah dasar, siswa memiliki kemampuan kognitif dasar. Pada masa ini pun siswa telah memiliki kemampuan berbahasa yang memadai dalam arti telah memperoleh tambahan kosa kata; mengenal berbagai pola kalimat dasar; serta memahami dan mulai menerapkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa ibunya. Dengan demikian, pengajaran bahasa Indonesia bagi siswa yang berbahasa ibu bahasa daerah agak berbeda dengan siswa yang berbahasa ibu bahasa Indonesia. Dalam hal ini, guru harus menjaga agar tidak terjadi interferensi yang akan menghasilkan bahasa Indonesia dengan pola daerah misalnya.

  1. Tujuan Pengajaran

Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar ialah untuk mengembangkan kemampuan atau keterampilan sikap berbahasa yang menyangkut fungsinya sebagai alat komunikasi dan penalaran. Ini berarti bahwa pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bukan hanya memberikan keterampilan berbahasa (berbicara, menyimak, membaca, dan menulis), melainkan juga harus dapat mengembangkan kemampuan berpikir atau bernalar siswa. Kemampuan berbahasa dan berpikir atau bernalar dalam bahasa yang tertib ini harus dikembangkan, dipupuk sejak dini, dan pengetahuan tentang bahasa merupakan wahana yang efektif untuk itu.

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pengetahuan tentang bahasa merupakan wahana yang efektif untuk mengembangkan kemampuan berbahasadan berpikir atau bernalar. Pengetahuan tentang bahasa berupa kaidah-kaidah bahasa diperoleh dari pengajaran struktur. Masalahnya sekarang, bagaimana merancang dan melaksanakan program pengajaran bahasa Indonesia, khususnya pengajaran struktur agar tidak hanya menghasilkan ”kompetensi linguistik” siswa, tetapi sekaligus kemampuan komunikatif dan mengembangkan kemampuan berpikir atau bernalar siswa.

Untuk dapat mencapai tujuan di atas, pengajaran struktur dirancang sedemikian rupa agar siswa tidak hanya belajar dan berlatih tentang kaidah-kaidah bahasa, akan tetapi melalui kaidah-kaidah mereka dilibatkan ke dalam proses berpikir dan bernalar.

Misalnya, (1) siswa diminta menyempurnakan kalimat yang belum selesai; (2) menyusun kalimat yang susunannya di kacaukan; (3) membuat bermacam-macam kalimat transformasi; (4) membuat kalimat berita dari kalimat tanya yang tersedia; (5) membuat kalimat jawaban dari kalimat tanya yang ada; (6) mencari ciri-ciri kalimat tanya dari contoh-contoh yang diberikan kepada mereka; (7) menggunakan kata penghubung untuk menghubungkan kalimat; (8) mengembalikan kalimat majemuk menjadi kalimat tunggal, dan seterusnya.

Dalam menerapkan kaidah bahasa ke dalam proses berpikir dan bernalar, guru tidak boleh oteriter. Siswa diberi kelonggaran untuk bernalar, asal tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah bahasa yang mereka pelajari. Misalnya, untuk mengerjakan tugas nomor (4) dan (5), jawabannya memungkinkan lebih dari satu malahan akan beragam. Dalam hal ini, guru tidak terpaku pada jawaban yang sudah disiapkan. Guru harus menghargai pendapat siswa dan menerimanya jika hal itu memang benar. Kemungkinan jawaban yang lebih dari satu memberi peluang siswa bernalar dan berkreasi. Hal ini sebetulnya yang menjadi tujuan pengajaran. Melalui kaidah-kaidah, siswa berlatih bernalar atau berpikir dalam bahasa yang tertib.

  1. Kondisi Sekolah dan Masyarkat

Kondisi di daerah-daerah di Indonesia ini berbeda-beda. Ada sekolah yang memiliki sarana yang lengkap, sedang, kurang, dan sangat kurang. Ada sekolah yang sama sekali tidak memiliki buku paket atau buku lainnya. Untuk mengatasi hal yang seperti ini, diperlukan guru yang pandai dan cekatan. Pengetahuan guru untuk memilih dan mengembangkan bahan pengajaran sangat diperlukan dalam kondisi sekolah yang jauh dari jangkauan buku-buku paket.

Sekolah adalah bagian dari masyarakat, termasuk masyarakat bahasanya. Sebaiknya, guru menguasai dengan baik bahasa masyarakatnya (daerahnya). Hal ini akan membantu guru, misalnya dalam latih lafal bahasa Indonesia siswa karena guru mengetahui apa yang menjadi hambatan dalam belajar berbahasa. Pengetahuan guru tentang struktur kata dan struktur kalimat bahasa masyarakat daerahnya, diperlukan untuk membantu guru dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam bidang ini. Latihan untuk menguasai kaidah bahasa Indonesia ditekankan pada perbedaan-perbedaan yang terdapat pada bahasa ibu siswa.

4.Pengembangan Bahan Pengajaran Tata Bahasa di Sekolah Dasar (SD)

Bahan pengajaran tata bahasa atau struktur memberi pengetahuan kepada siswa mengenai aturan atau kaidah bahasa. Siswa diberi pengetahuan untuk mengenal secara baik bentuk-bentuk kata dan susunan kata dalam frase dan kalimat. Pengetahuan kebahasaan ini akan membantu siswa dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar.

Keterampilan menggunakan bahasa dengan baik dan benar ini hanya dapat dimiliki, bila siswa diberi kesempatan sebanyak-banyaknya menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Tanpa latihan yang cukup kita tidak dapat mengharapkan siswa dapat menggunakan bahasa itu dengan baik. Dalam proses berlatih, guru akan melihat kesalahan-kesalahan bahasa yang mereka perbuat. Kesalahan-kesalahan ini harus segera diperbaiki oleh guru. Tindakan ini sangat penting agar siswa dengan segera menyadari kesalahan dan segera memperbaikinya. Kesalahan itu tidak menjadi kesalahan yang berlarut-larut.

Bahan pengajaran struktur atau tata bahasa terdiri atas contoh-contoh (berdasarkan subpokok bahasan), penggunaan kaidah-kaidah struktur (fonem, kata, dan kalimat), dan latihan-latihan menggunakan kaidah-kaidah itu dalam wujud kalimat.

1. Contoh-Contoh Kaidah

Pelajaran struktur seperti sudah dikatakan di atas khususnya memberikan pengetahuan kepada siswa untuk mengenal secara baik bentuk-bentuk kata dan susunan kata dalam frase, klausa, dan kalimat. Pengetahuan ini dalam pengajaran struktur diperoleh melalui contoh-contoh dan penjelasan guru. Agar pengetahuan ini menjadi keterampilan menggunakan bahasa dengan baik dan benar, siswa harus banyak berlatih. Melalui berlatih di bawah pengawasan guru, keterampilan ini dapat dimiliki siswa.

Agar contoh-contoh penerapan kaidah-kaidah ini mudah dipahami, harus disajikan dengan kalimat yang menarik dan dengan informasi yang bervariasi. Informasi yang bervariasi ini tentu saja harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Penggunaan kata-kata di dalam contoh-contoh juga harus disesuaikan dengan bahan pengajaran kosa kata. Dengan demikian, kosa kata yang mereka dapatkan dalam pengajaran kosa kata dapat mereka gunakan dalam kalimat, sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa, baik dari segi struktur kata maupun kalimatnya.

2. Latihan-Latihan

Latiahan untuk menerapkan kaidah harus dikembangkan sesuai dengan penjabaran tujuan instruksional khusus yang sudah dirumuskan. Latihan ini dibuat secara berurutan sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang dituntut dengan kemampuan yang akan dicapai diatur dalam urutan yang sesuai dengan jenjangnya, mulai dari tingkat rendah sampai pada kemampuan tertinggi yang dituntu oleh tujuan umum.

Latihan disajikan dalam bentuk yang bervariasi dan tidak menoton. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak bosan. Latihan menggunakan kaidah-kaidah bahasa dapat disajikan dalam bentuk:

(1) pilihan ganda;

(2) benar-salah;

(3) membuat transformasi;

(4) membuat variasi bentuk;

(5) memilih bentuk yang sesuai

(6) menjawab pertanyaan;

(7) menyusun kembali urutan kalimat yang dikacaukan;

(8) memilih struktur yang sesuai;

(9) mengisi struktur yang dikosongkan; dan

(10)memilih struktur yang sesuai.

Berikut ini disajikan model pengembangan bahan pengajaran tata bahasa atau struktur.

Contoh:

Pokok Bahasan : Struktur (Kelas III, Semester I, Unit 2)

Subpokok Bahasan : Kata Berimbuhan (Kelas III, Semester I, Unit 2)

Menggunakan kata berawalan me- dan di- dalam kalimat.

1) Sempurnakanlah kalimat berikut ini seperti contoh!

Contoh:

Ayah……beli buah rambutan.

Ayah membeli buah rambutan.

1) Agus .......cabut ubi di sawah.

2) Petani…..cangkul sawah.

3) Anak itu…..curi makanan.

2) Buatlah seperti contoh!

Rawat==>merawat==>dirawat

1) Rebut==>…..==>….. 3) Rusak==>…..==>…..

2) Rancang==>…..==>….. 4) Ramal==>…..==>…..

3) Ubahlah kalimat berikut ini seperti contoh!

Contoh:

(1) Ibu memasak kue.

(2) Kue dimasak ibu.

1) Ardi menulis surat untuk Kardi.

2) Ibu menggunting rambut adik.

3) Syarif mendorong kursi.

4) Isilah titik-titik pada kalimat ini dengan kata-kata yang tersedia pada lajur kanan!

1) Petani itu........sayur mayur. mencoret

2) Adik.......buku kakak. menyuruh

3) Mereka........teman yang sakit. menjenguk

menanam

5) Carilah lawan kata berimbuhan berikut seperti contoh!

Contoh:

membeli buku > < menjual buku

1) meminta bantuan > < .........bantuan.

2) mengantar ibu > < ..............ibu.

3) mencabut pohon > < ..........pohon.

4) mengantar adik > < ...........adik.

5) menarik pintu > < .............pintu.

5. Tujuan Pengajaran Tata Bahasa di Sekolah Dasar (SD)

Pengajaran tata bahasa atau struktur di sekolah dasar (SD) baru diberikan secara langsung di kelas III samapi dengan kelas VI. Di SD pengajaran struktur bertujuan memberi pengetahuan kepada siswa mengenai aturan atau kaidah bahasa, namun tidak bersifat teoritis. Dalam hal ini guru tidak dibenarkan memberi pelajaran mengenai teori bahasa secara khusus dengan menggunakan pelbagai istilah yang sulit dipahami oleh siswa. Pelajaran tata bahasa yang dipelajari oleh siswa SD adalah pelajaran tentang struktur bahasa.

Aspek struktur merupakan salah satu aspek yang merupakan bagian dari unsur-unsur bahasa. Bagian lainnya adalah aspek lafal atau ejaan dan aspek kosa kata. Aspek struktur ini mengungkapkan pengajaran struktur di sekolah dasar yang mencakup subpokok bahasan; (1) kata dasar; (2) suku kata; (3) kata berimbuhan; (4) kata berklitika; (5) kata ulang; (6) jenis kata; (7) kelompok kata (frase); dan (8) kalimat.

Satu hal yang perlu kita pahami bahwa sesungguhnya pengajaran tata bahasa atau struktur ditingkat sekolah dasar memberikan kontribusi yang sangat besar kepada para siswa. Dengan pengajaran yang diberikan secara bertahap mengenai tata bahasa ini diharapkan siswa memahami struktur bahasa Indonesia. Yang lebih penting dan terbaik lagi jika kita bersikap bahwa tata bahasa paling baik diajarkan sebagai bagian dari tahap editing dalam proses menulis.

III. PENUTUP

Pengajaran tata bahasa atau struktur di sekolah dasar (SD) dapat memberikan kesadaran kepada siswa bahwa bahasa Indonesia memiliki kaidah-kaidah tertentu. Kaidah-kaidah tersebut harus diikuti pada waktu siswa berbahasa Indonesia. Dengan menguasai kaidah bahasa Indonesia, para siswa diharapkan dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Lebih-lebih lagi para siswa dapat menggunakan kaidah-kaidah itu secara lancar dan benar dengan bimbingan guru bahasanya.

Pengajaran tata bahasa atau struktur di sekolah dasar (SD) baru diberikan secara langsung di kelas III samapi dengan kelas VI. Di SD pengajaran struktur bertujuan memberi pengetahuan kepada siswa mengenai aturan atau kaidah bahasa, namun tidak bersifat teoritis. Dalam hal ini guru tidak dibenarkan memberi pelajaran mengenai teori bahasa secara khusus dengan menggunakan pelbagai istilah yang sulit dipahami oleh siswa. Pelajaran tata bahasa yang dipelajari oleh siswa SD adalah pelajaran tentang struktur bahasa.

Keterampilan menggunakan bahasa dengan baik dan benar ini hanya dapat dimiliki, bila siswa diberi kesempatan sebanyak-banyaknya menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Tanpa latihan yang cukup kita tidak dapat mengharapkan siswa dapat menggunakan bahasa itu dengan baik. Dalam proses berlatih, guru akan melihat kesalahan-kesalahan bahasa yang mereka perbuat. Kesalahan-kesalahan ini harus segera diperbaiki oleh guru. Tindakan ini sangat penting agar siswa dengan segera menyadari kesalahan dan segera memperbaikinya. Kesalahan itu tidak menjadi kesalahan yang berlarut-larut.

Untuk dipahami bersama bahwa pengajaran tata bahasa ini paling baik diajarkan sebagai bagian dari tahap editing dalam proses menulis. Oleh karena itu, pengajaran tata bahasa menjadi perlu dan penting untuk diberikan kepada para siswa sekolah dasar yang merupakan dasar untuk pengajaran selanjutnya.

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga tulisan sederhana ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada teman-teman Dikdas Reguler dan PGMI atas inspirasi berharga kepada saya di saat-saat perkuliahan serta informasi dan bantuannya selama perkuliahan. Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan dalam diskusi-diskusi, berkaitan dengan pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD).

Akhirnya, saya menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Begitu juga halnya dengan tulisan saya ini yang jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran, masukan, dan kritikan yang konstruktif sangat saya harapkan dari para pembaca untuk kesempurnaan tulisan berikutnya.

Yogyakarta, 21 Januari 2008

Penulis,

Daftar Bacaan

Karibin, Sabarti Akhdiah Maryono, dkk.. 1992. Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Depdikbud, Dikti.

Karibin, Sabarti Akhdiah Maryono, dkk.. 1992. Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud, Dikti.

Karibin, Sabarti Akhdiah Maryono, dkk.. 1992. Bahasa Indonesia 3. Jakarta: Depdikbud, Dikti.

Tompkins, Gail E. and Kenneth Hoskisson K. 1995. Language Arts: Content and Teaching Strategies. Third Edition. Englewood Cliffs: Prentice Hall, Inc.

Senin, 25 Februari 2008

Salam Perkenalan

Halooo...
Perkenalkan, saya Ammar. Nama lengkapku Muammar.